muhadasah

percakapan

Muhadasah :
Wina Sanjaya mengatakan dalam bukunya dalam mengkritisi UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan. Dia mengatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Oleh karena itu, orientasi pendidikan dalam proses dan hasilnya harus berjalan seimbang. Artinya bahwa pendidikan yang hanya berorientasi pada salah satunya, maka akan menghasilkan manusia yang berkembang tidak secara utuh.[1]
Hal ini dapat dipahami bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan pokok sebagai suatu proses yang ditempuh oleh manusia semenjak dia dilahirkan hingga akhir hayatnya guna memperoleh ilmu pengetahuan, informasi, kepandaian dan kecakapan tertentu sesuai dengan bakat fitrah yang dikaruniakan kepadanya.percakapan
Demikian halnya ketika manusia belajar berbahasa. Ketika dia belum mengetahui apa itu kata benda, apa itu kata kerja dan sebagainya, pertama kali yang diajarkan kepadanya adalah menyebutkan atau memanggil ayah dan ibu. Hal inilah yang melatarbelakangi munculnya suatu teori kognitif tentang manusia berbahasa menurut para ahli psikolinguistik. Mereka mengatakan bahwa tujuan belajar bahasa bukanlah penguasaan terhadap ilmu bahasa, akan tetapi kemampuan berbahasa.[2]
Ahmad Fuad Effendi mengatakan lebih lanjut dalam bukunya yang lain dengan konsep yang sama bahwa tujuan tersebut diasumsikan bahwa manusia memiliki suatu alat fitrah yang disebut bakat perolehan bahasa (Language Acquisition Device). Yaitu suatu alat yang menyerupai layar radar yang hanya menangkap gelombang-gelombang bahasa. Setalah diterima, gelombang-gelombang tersebut ditata dan dihubung-hubungkan satu sama lain menjadi sebuah sistem kemudian dikirimkan ke pusat pengolahan kemampuan berbahasa (language Kompetence).[3]
Dari beberapa penjelasan proses belajar manusia dalam berbahasa diatas, dapat kita pahami bahwa dalam perkembangannya, manusia tidak dapat terlepas dari proses belajar, yaitu proses berubah menuju ke arah yang lebih baik, bagaimana berbahasa yang baik, santun dan relevan dengan budaya dan adat dimana manusia lahir, hidup dan berkembang.
Sedangkan para ahli behavioris mengatakan bahwa proses belajar manusia dalam berbahasa sangat ditentukan bagaimana si pembelajar dan pebelajar merekayasa lingkungan pembelajaran agar lebih menarik dan meruipakan suatu cara yang efektif untuk mencapai tujuan.[4

contoh :

:

حَمْدَان                : كَيْفَ حَالُك يَا أُخْتِي؟

(Kaifa haaluk ya ukhtii / Apa kabar saudariku?)

 

فَاطِمَة         : بِخَيْر وَالْحَمْدُ ِلله

(Bikhair walhamdulillaah / Baik-baik saja, alhamdulillah)

 

حَمْدَان                : هَلْ أَنْتِ مُوَظَّفَة؟

(Hal anti muwadhdhafah? / Apakah Anda karyawati?)

 

فَاطِمَة         : نَعَم، أَنَا مُوَظَّفَة فِي هَذِهِ الشِّرْكَة

(Na’am, anaa muwadhdhafah fii haadzihisy syirkah / Ya, saya karyawati di kantor ini)

 

حَمْدَان                : أَيْنَ بَيْتُك ؟

(Aina baituk? / Di mana rumahmu?)

 

فَاطِمَة         : بَيْتِي فِي الشَّارِع رَادِيُو دَالَم

(Baitii fisy-syaari’ Radio Dalam / Rumahku di Radio Dalam)

 

حَمْدَان                : أَيْنَ ذَلِكَ الشَّارِع يَا أُخْتِي!

(Aina dzaalikasy-syaari’ ya ukhtii / Di mana jalan itu, saudariku?)

 

فَاطِمَة         : فِي جَاكَرْتَا الْجَنُوبِيَّة

(Fii Jakarta al-Januubiyyah / Di Jakarta Selatan)

 

حَمْدَان                : بِمَاذَا تَذْهَبِيْن إِلَى الْمَكْتَب؟

(Bi maadzaa tadzhabiin ilal maktab? Dengan apa Anda pergi ke kantor?)

 

فَاطِمَة         : بِسَيَّارَتِي

(Bi sayyaaratii / Dengan mobilku)

 

حَمْدَان                : أَيْنَ سَيَّارَتُك !

(Aina sayyaaratuk? / Di mana mobilmu?)

 

فَاطِمَة         :  فِي مَكَانِ وُقُوْفِ السَّيَّارَات

(Fii makaan wuquufis-sayyaaraat / Di tempat parkir )

 

Pos ini dipublikasikan di muhadasat. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar